Rumah tradisonal suku Aceh atau rumah adat Provinsi Nanggroe Atjeh Darussalam memiliki nama atau sebutan Rumoh Aceh. Untuk memasuki Rumoh Aceh, pertama-tama harus melewati "reunyeun"
(tangga). Dengan menaiki "reunyeun" dan melalui pintu depan.
Keistimewaan dari "Rumoh Atjeh / Aceh" ini yakni dari segi kekokohan
bangunannya. walaupun bagian-bagian rumah hanya dipersatukan dengan
ikatan tali ijuk, pasak, serta baji sebagai pangganti paku dan sekrup.
Rumoh Atjeh bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama yaitu seuramoë keuë (serambi depan) yakni ruang tamu yang terbentang sepanjang rumah. Ruang ini dipakai untuk menerima tamu, seuramoë teungoh (serambi tengah) yaitu suatu ruang penghubung yang terdapat diantara dua kamar tidur, dan seuramoë likôt (serambi belakang) selain itu juga terdapat 1 bagian tambahan yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Lantai bangunan ini dirancang setinggi 9 kaki atau lebih dari permukaan tanah. Bersandar pada tiang-tiang penyangga dari kayu dengan ruang kolong di bawahnya, dengan Luas lantai bangunan lebih dari 200 m2 serta tinggi atap pada bagian rabung lebih kurang 8 m.
Di dalam rumah ini juga terdapat bagian tempat menempelkan Gambar atau lukisan para tokoh baik tokoh pejuang maupun tokoh agama. terdapat pula lemari-lemari yang berisi peralatan makan yang terbuat dari keramik asing dan tembikar (kendi-kendi Gayo), ada pula "panyot gantung" (lampu gantung) dan "panyot dong" (lampu berkaki) yang terbuat dari kuningan, serta jenis topi maupun senjata, peralatan upacara dari tembaga, dan peralatan ibadah, kitab dan Al-Qura.
Rumoh Atjeh bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama yaitu seuramoë keuë (serambi depan) yakni ruang tamu yang terbentang sepanjang rumah. Ruang ini dipakai untuk menerima tamu, seuramoë teungoh (serambi tengah) yaitu suatu ruang penghubung yang terdapat diantara dua kamar tidur, dan seuramoë likôt (serambi belakang) selain itu juga terdapat 1 bagian tambahan yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Lantai bangunan ini dirancang setinggi 9 kaki atau lebih dari permukaan tanah. Bersandar pada tiang-tiang penyangga dari kayu dengan ruang kolong di bawahnya, dengan Luas lantai bangunan lebih dari 200 m2 serta tinggi atap pada bagian rabung lebih kurang 8 m.
Di dalam rumah ini juga terdapat bagian tempat menempelkan Gambar atau lukisan para tokoh baik tokoh pejuang maupun tokoh agama. terdapat pula lemari-lemari yang berisi peralatan makan yang terbuat dari keramik asing dan tembikar (kendi-kendi Gayo), ada pula "panyot gantung" (lampu gantung) dan "panyot dong" (lampu berkaki) yang terbuat dari kuningan, serta jenis topi maupun senjata, peralatan upacara dari tembaga, dan peralatan ibadah, kitab dan Al-Qura.